Minggu, 26 Juni 2011




TIGA MACAM KEMABUKAN



New Logo IHDN Denpasar

















OLEH :

1.      Ni Luh Adi Warastri                         09.1.1.1.1.2964
2.      NI Luh Made Citra Dewi                 09.1.1.1.1.2968
3.      Komang  Agustyana Putra               09.1.1.1.1.2970
4.      Ayu Eka Yuli Intayani                      09.1.1.1.1.2971
5.      I Wayan Supartika                            09.1.1.1.1.3103


FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2010

KATA PENGANTAR


“ Om Swastyastu “

Rasa puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan, adapun judul dari tugas yang kami buat “ TIGA MACAM KEMABUKAN ”.

Tersusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Susila III. Kami menyadari dan mengakui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam merangkum ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan ruang lingkup yang sangat luas.

Keberhasilan kami ini tidak luput dari petunjuk, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

“ Om Santih, Santih, Santih Om “



               

 Denpasar, 10 Oktober 2010




                                                                                                 Penulis


DAFTAR ISI


Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3  Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 3
2.1 Tiga Macam Kemabukan Dalam Slokantara ..................................................           3
2.2 Kelebihan Dari Tiga Macam Kemabukan Yang Ada Dalam Slokantara.................. 5
2.3 Kelemahan Dari Tiga Macam Kemabukan Yang Ada Dalam Slokantara................ 5
2.4 Penerarapan Dalam Kehidupan Sehari-hari............................................................... 6

BAB III Penutup ........................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 7
3.2 Saran ......................................................................................................................... 8

Daftar  Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Bila kita berbicara tentang kemabukan sangat identik dengan hal-hal yang menyimpang dari etika hindu. Kembukan juga menjadi musuh yang ada dalam diri manusia yang harus dimusnahkan. Kemabukan juga membuat manusia di seluruh dunia menjadi sombong, keangkuhan, kecongkakan, bangga luar biasa, dan lupa daratan. Dalam ajaran agama hindu disebut Sad ripu. Sad ripu artinya enam musuh yang ada dalam diri manusia. Enam musuh yang dimaksud antara lain: kama ( hawa nafsu ), loba ( tamak, rakus ), kroda ( marah ), moha ( Kebingungan ), mabuk ( mada ). Kesemuanya inilah yang dapat membuat orang tidak susila.
Mada dalam ajaran sad ripu memiliki arti mabuk, mabuk yang dimaksud antara lain surupa ( mabuk ketampanan ), Dana ( mabuk kekayaan ), Guna ( mabuk kepandaian ), Kulina ( mabuk keturunan, bangsawan ), Yuana ( mabuk keremajaan ), Sura ( mabuk keberanian ), Sasuran ( mabuk kemenangan ). Ke semuanya ini terdapat dalam sapta timira, yaitu tujuh kegelapan atau kemabukan. Tapi tiga hal yang sangat memabukan manusaia adalah mabuk minuman keras, mabuk kepandaian dan mabuk kekayaan. Ketiganya ini di jelaskan dalam kitab Slokantara.
Mada merupakan salah satu musuh dalam diri manusia, yang harus dihindari oleh umat manusia di dunia. Jika manusia dikuasai dengan kemabukan atau mada maka manusia tersebut akan lupa daratan dan lupa segala-galanya. Dalam kitab Slokantara 68.( 21 ). mengatakan, ada tiga hal yang utama membuat orang mabuk yaitu mabuk minuman, mabuk kekayaan dan mabuk kepandaian. tetapi jika manusia bisa terhindar dari kemabukan tersebut maka orang tersebut disebut manusia sejati ( purusa ). Orang yang seperti inilah yang akan dicintai dan dihormati oleh seluruh dunia. begitulah kitab slokantara mengatakan bagi orang-orang yang bisa menghindari kemabukan ( mada ).

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu tiga macam kemabukan dalam slokantara?
2.      Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari tiga macam kemabukan?
3.      Bagaimana penerapan dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan diri penulisan makalah ini antara lain :
1.      Untuk menambah wawasan Mahasiswa atau Mahasiswi mengenai Tiga Macam Kemabukan.
2.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Susila III.
3.      Sebagai bahan diskusi.

BAB II
PEMBAHASAN



2.1  Tiga Macam Kemabukan Dalam Slokantara
              Dalam slokantara di nyatakan sebagai berikut
Sura saraswati laksmi ityeta madakarana
Madayanti na cetansi sa ewa puruso matah.
                                                            Slokantara 68. 21
Yang artinya:
Minuman keras, kepandaian dan kekayaan, inilah tiga sebab membuat manusia menjadi mabuk. Orang yang tidak dapat dimabukan oleh ketiganya inilah manusia sejati.

Sebab-sebab yang membuat manusia itu mabuk ada tiga : sura yaitu minuman keras; saraswati yaitu  kepandaian; laksmi yaitu kekayaan emas dan perak. Inilah yang memabukan pikiran manusia. Jika ada orang yang tidak mabuk karena pengaruh minuman keras, kepandaian yang tinggi dan kekayaan emas dan perak, inilah seyogyanya dinamai purusa ( manusia sejati ) orang begini pasti dicintai dan dihormati oleh seluruh dunia.
ulasan
Disini dinyatakan bahwa ada tiga hal yang memabukkan yang dapat membuat manusia lupa daratan yaitu: minuman keras, kepandaian, dan kekayaan. Dalam hal ini ternyata terdapat persamaan dengan yang tersebut dalam Kitab Nitisastra IV.19, yang berbunyi:

Lwirning mangdadi madaning jana, surupa dhana kalakulina yowana. Lawan tang sura len kasuran, agawe wereh imanahikang sarat kabeh. Yan wwenten sira dhaneswara, surupa guna dhanakulina yowana. Yan tan mada, maharddhikeka pangaranya sira putusi sang pinandita.
Artinya:
Hal-hal yang menjadikan manusia itu mabuk adalah paras yang bagus, kekayaan, kebangsawanan dan keramajaan. Juga minuman keras dan keberanian itu dapat membuat hati manusia menjadi mabuk. Jadi ada orang kaya, tampan wajahnya, pandai, banyak mempunyai harta benda, bangsawan dan muda, tetapi tidak mabuk karenanya ia itu adalah orang bijaksana, seorang berbudi yang maharddhika ( telah bebas dari soal keduniawian ). Kata maharddhika inilah yang menjadi kata merdeka dalam bahasa Indonesia, yang berarti bebas dari penjajahan negara asing sebagai halnya para pendeta mahardhika yang telah melepaskan diri dari kekuasaan nafsu keduniawian. Para pendeta di zaman dahulu mendapat tanah tempat tinggal untuk mengamalkan Agamanya, tanah bebas dari pajak, karena beliau sudah mahardhika. Tetapi dengan negara kita sudah merdeka tidaklah berarti bahwa kita sebagai warga negara layak minta kebebasan dari membayar pajak kepada pemerintah, karena pemerintah itu adalah milik kita sendiri.
Diatas telah dikatakan bahwa kepandaian itu dapat memabukan disamping minuman keras. Tentang minuman keras itu siapa saja dapat menerima bahwa ia memabukan, sehingga William Shakespeare berkata:
” oh engkau jiwa anggur yang tidak kelihatan, jika engkau belum mempunyai nama yang tetap akan ku panggil saja engkau setan” ( Othello, bapak III.2 ).

Adapun penjelasan lain dari tiga macam kemabukan diatas anataralain:
v  Kemabukan minum minuman keras
Dalam hal ini kemabukan akibat dari minum minuman keras dapat kita jumpai dengan mudah dikehidupan sehari-hari. Biasanya yang mengkonsumsi minum minuman keras merupakan kalangan orang tua yang suka mabuk-mabukan, tetapi seiring dengan berjalannya zaman hal tersebut tidak lagi hanya di konsumsi oleh orang tua melainkan telah mencangkup anak-anak muda. Anak-anak muda yang merupaka penerus bangsa ini seharusnya mampu menjadi manusia yang berguna, bukanya menjadi seorang pemabuk. Celakanya lagi anak-anak muda tersebut mabuk mabukan di dalam lingkungan sekolah, yang seharusnya sekolah merupakan tempat belajar.
v  Kemabukan kekayaan atau harta
Kemabukan akibat kekayaan atau harta juga dapat kita temui kasusnya dengan mudah disetiap negara. Bahkan negara indonesia kita pemimpin atau orang-orang penting dalam kenegaraan sering diberitakan baik di media cetak ataupun dimedia elektronik melakukan kemabukan yang diakibatkan kekayaan atau harta. Kemabukan akibat kekayaan contoh kecilnya adalah melakukan tindakan korupsi. Dan bukan orang-orang penting saja yang melakukan korupsi, melainkan semua orang berpotensi melakukan korupsi.

v  Kemabukan kepandaian
Kemabukan akibat kepandaian dapat dialami oleh semua orang. Hal ini terjadi akibat ketidak puasan akan pengetahuan yang dia miliki. Mereka yang mengalami kemabukan kepandaian selalu termotivasi untuk belajar.

2.2  Kelebihan dari tiga macam kemabukan yang ada dalam Slokantara
a.       Mabuk Minuman Keras
Orang yang mabuk karena minum minuman keras biasanya dapat melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya. Selain itu orang yang sedang mabuk juga dapat menambah rasa kepercayaan dirinya.
b.      Mabuk Kepandaian
Orang yang mabuk karena kepandaian biasanya selalu merasa termotivasi untuk blajar dan ingin menggali ilmu pengetahuan yang lebih.
c.       Mabuk Kekayaan
Orang yang mabuk karena kekayaan, orang tersebut akan terus termotifasi untuk bekerja.

2.3  Kelemahan dari tiga macam kemabukan yang ada dalam Slokantara
a.       Mabuk Minuman Keras
Orang yang mabuk karena minum minuman keras, biasanya menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya dan dapat mengganggu kesehatan. Apabila seseorang sedang dalam keadaan mabuk karena minuman keras biasanya tidak dapat mengontrol emosinya, sehingga sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b.      Mabuk Kepandaian
Sebenarnya mabuk kepandaian itu bagus, tapi apabila berlebihan dapat membahayakan seseorang. Orang yang mabuk karena kepandaian biasanya memiliki sifat sombong dan angkuh. Dia mengangap dirinya yang paling pintar.
c.       Mabuk Kekayaan
Mabuk karena harta menyebabkan seseorang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekeyaan yang berlimpah. Tentu saja hal ini menyebabkan banyaknya tindak kejahatan yang cenderung merugikan banyak orang.

2.4  Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-hari
a.       Mabuk Minuman Keras
Penerapannya antaralain dalm acara-acara adat di bali seperti pernikahan, biasanya malam harinya diadakan acara minum-minum.
b.      Mabuk Kepandaian
Penerapannya seperti tiada habisnya membaca buku.
c.       Mabuk Kekayaan
Penerapan mabuk dalam hal kekayaan sangat lah sering kita jumpai atau kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti korupsi dan mencuri.
BAB III
PENUTUP



3.1  KESIMPULAN
Dalam sloka diatas yang tercantum dalam kitab slokantara 68.21, menyatakan ada tiga macam kemabukan, yaitu antara lain kemabukan akibat minum minuman keras, kemabukan akibat kekayaan atau harta, dan terakhir kemabukan akibat kepandaian. Ketiga macam kemabukan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.   Adapun kelebihan dan kekurangannya antara lain,

a.       Kelebihan :
-          Mabuk Minuman Keras
Orang yang mabuk karena minum minuman keras biasanya dapat melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya. Selain itu orang yang sedang mabuk juga dapat menambah rasa kepercayaan dirinya.
-          Mabuk Kepandaian
Orang yang mabuk karena kepandaian biasanya selalu merasa termotivasi untuk blajar dan ingin menggali ilmu pengetahuan yang lebih.
-          Mabuk Kekayaan
Orang yang mabuk karena kekayaan, orang tersebut akan terus termotifasi untuk bekerja.

b.      Kelemahan :
-          Mabuk Minuman Keras
Orang yang mabuk karena minum minuman keras, biasanya menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya dan dapat mengganggu kesehatan. Apabila seseorang sedang dalam keadaan mabuk karena minuman keras biasanya tidak dapat mengontrol emosinya, sehingga sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
-          Mabuk Kepandaian
Sebenarnya mabuk kepandaian itu bagus, tapi apabila berlebihan dapat membahayakan seseorang. Orang yang mabuk karena kepandaian biasanya memiliki sifat sombong dan angkuh. Dia mengangap dirinya yang paling pintar.
-          Mabuk Kekayaan
Mabuk karena harta menyebabkan seseorang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekeyaan yang berlimpah. Tentu saja hal ini menyebabkan banyaknya tindak kejahatan yang cenderung merugikan banyak orang.

3.2  SARAN
1.      sebagai umat manusia diharapkan bisa mengendalikan indrianya atau hawa nafsunya, baik hawa nafsu terhadap minuman keras, hawa nafsu terhadap kekayaan, dan juga hawa nafsu terhadap kepandaian.
2.     Untuk anak-anak muda agar berusaha untuk tidak melakukan tiga macam kemabukan diatas, karena masih banyak hal-hal yang berguna yang bisa dilakukan dan tidak merugikan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA



Ida Bagus Sudirga, Widya Dharma Agama Hindu, Ganeca Exact, Bandung, 2004.

Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Okta, Sanatana Hindu Dharma, Widya Dharma, Denpasar, 2009.

I Gede Ardhana Wisnu, Musuh-Musuh Dalam Diri Manusia, PT. Pustaka Manikgeni, Jakarta, 1994.

Nala, I Gst Ngr. Dr, Murddha Agama Hindu, Upada Sastra, Denpasar 2004.


 Prof. Dr. Tjok. Sudharta, M.A, Slokantara, Paramita, Surabaya, 2004.

Sabtu, 25 Juni 2011

RAMAYANA

RAMAYANA
Utara Kanda

            Suatu hari saat musim semi baru saja lewat, Rama melihat sita lebih berseri pada biasanya. Rama sangat bahagia melihat sita hamil. Sita meminta kepada Rama agar dia diijinkan pergi ke tepian sungai gangga dan tinggal disana selama beberapa malam dan hidup bersama para Rsi, dan Rama pun mengabulkan permintaan dewi sita.
            Ketika Rama sedang bercengkraman dengan para sahabatnya di istana tengah tiba-tiba saja Rama berpaling pada Bhadra dan menanyakan apa yang menjadi pembicaraan orang-orang kota dan desa saat ini? Karena Rama merasa ada yang disembunyikan, maka Rama mendesak Bhadra untuk berkata yang sebenarnya. Akhirnya diapun berterus terang kepada Rama mengenai hal yang sebenarnya “dijalan-jalan, di pasar-pasar umum, ditaman umum, di hutan, orang-orang menyatakan bahwa Rama telah melakukan tindakan  yang sangat luar biasa karena mampu membuat jembatan, dan dapat mengalahkan Rahwana. Namun Rama tidak sadar bahwa melakukan suatu kesalahan, ketika dia membawa sita kembali ke istana. Bagaimana dia yakin bahwa tak sekalipun Sita dipaksa untuk duduk dipangkuan Rahwana?” begitulah kata-kata orang-orang di kota dan di desa.
Rama sangat terkejut mendengar hal itu, dan langsung meminta agar adik-adiknya datang menghadap. Dengan perasaan tidak karuan, Rama berkata kepada saudara-saudaranya. “ dengarkan kata-kata ku dengan baik-baik, inilah perasaan rakyat Ayodhya yang sebenarnya, tentang Aku dan Sita. Mereka menyalahkan tindakanku Laksmana adikku kau tahu betapa rahwana menculik sita dan bagaimana aku menyerang dan membunuhnya , waktu itu api telah membuktikan dia murni, di hadapanku dan disaksikan para dewa, Sita masuk ke kobaran api. Karena itu ku bawa dia kembali  ke Ayodhya. Tetapi di kerajaanku aku dituduh keliru”
Laksmana diperintahkan untuk mengantar Sita ke tepi sungai gangga dekat pertapaan Rsi Walmiki. Sesuai perintah Rama, keesokan harinya laksamana menemui sita dan diantar ke sungai gangga. Setelah sampai di seberang sungai gangga Laksamana tidak bisa menahan kesedihannya, dengan terpaksa dia menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya kepada sita, dan ia terpaksa meninggalkan sita seorang diri.
Sita menjadi sangat sedih, hingga dia menangis tak tertahankan lagi. Dan seorang siswi dari pesraman rsi walmiki melihat keadaan sita dan segera melaporkan kepada Rsi Walmiki. Dengan kekuatan tapanya Rsi Walmiki langsung bisa mengetahui apa yang terjadi . diiringi para siswanya beliau kemudian menemui Sita dan membawa ke pesraman yang khusus untuk siswa putri
Beberapa bulan kemudian, sita melahirkan putra kembar oleh Rsi walmiki bayi tersebut diberi nama Kusa dan Lawa. Setelah kedua bayi itu lahir, Rsi walmiki mulai menulis sloka yang mengisahkan cerita ramanyana, setelah Kusa dan Lawa memasuki usia brahmacari , sloka Ramayana sudah selesai seluruhnya, Rsi Walmiki langsung mengajarkan sloka Ramayana itu kepada Kusa dan Lawa.
Sementara di Ayodhya, rama melakukan upacara Aswameda Rama memerintahkan Laksamana untuk memeinpin sebuah prajurit yang sangat besar menuju hutan Naimisa dimana telah berkumpul banyak sekali raja-raja dari berbagai daerah. Mereka menyatakan kedaulatan kekuasaan rama diakui.
Pada waktu upacara sedang berlangsung , Rsi Walmiki menyuruh Kusa dan Lawa mengunjung upacara tersebut dan menyanyikan sloka Ramayana dengan hati riang dan mantap. Mendengar lagu yang dinyanyikan oleh kusa dan lawa, rama lama bertanya “anak muda, siapakah kalian, dan siapakah yang mengarang lagu yang anda nyanyikan?”
Kusa menjawab. “nama saya kusa dan ini adik hamba bernama Lawa, yang mengarang lagu ini adalah Rsi Walmiki”. Setelah mendengar jawaban tersebut, rama yakin bahwa kusa dan Lawa adalah putra-putra Sita.
Beberapa hari kemudian Rsi Walmiki diiringi oleh sita datang ke tempat itu. “kedua anak kembar itu putramu. Dan ini istrimu yang tak ternoda. Setelah mendengar kata-kata Rsi walmiki, rama lalu mengumumkan kepada para hadirin. “Kusa dan lawa adalah anak saya sendiri”. Rama lalu mempersilakan serta untuk membuktikan kesuciannya di hadapan semua orang.
“Om Basundari Dewi ya namaha. Ya dewi bumi, hamba mohon ke hadapan paduka kabulkanlah permohonan hamba ini, apabila hamba tidak pernah ternoda oleh laki-laki lain, maka terimalah hamba”, setelah dewi sita mengucapkan doa tersebut sebanyak 3 kali, tiba-tiba bumi dihadapannya terbelah. Dewi bumi muncul dihadapan sita. Dewi bumi lalu mendudukan dewi sita di atas tahta yang indah perlahan-lahan tahta dengan dewi sita di atasnya masuk ke dalam perut bumi. Setelah itu perut bumi tertutup kembali.
Rama menjerit”wahai dewi bumi kembalikan sita kepadaku” kemudian turunlah dewa Brahma, beliau menenangkan rama, setelah upacara Aswameda selesai, rama mengajak kedua putranya ke Ayodhya. Bertahun-tahun telah berlalu, ibunda rama dewi kosalya meninggal dunia, kemudian sumitra menyusul, dan akhirnya keykayipun menyusul. Mereka bertiga naik ke sorga berkumpul kembali dengan raja Dasarata.
Pada suatu hari, rama didatang oleh Bhagawan Narada mengatakan bahwa tugasnya didunia sudah berakhir. Maka Ramapun mempersiapkan segala sesuatunya. Kerajaannya dibagi menjadi 2 kosala selatan diberikan kepada Kusa dan kosala utara diberikan kepada Lawa. Setelah penobatan selesai, rama berpesan kepada wibisana agar meneruskan pemerintahannya. Kepada Hanoman dan Hanggada, rama berpesan agar tetap tinggal didunia sampai zaman kaliyuga. Kepada yang lain rama mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri ke hutan, ke-3 adik-adiknya, sugriwa dan sejumlah pegawai istana mengikuti Rama pergi kehutan, di tepi sungai Serayu. Disana rama kembali kepada wujudnya sebagai avatara wisnu. Dan semua pengikut Rama yang ikut ke hutan dapat mengikuti Wisnu ke alam Wisnuloka.




















Makna yang terkandung dalam Kanda ke 7 (Uttara Kanda) dalam Epos Ramayana:

v  Makna filosofis yang pertama yang terkandung di dalamnya yang dapat kita renungi bersama adalah menitik beratkan tentang ketuhanan, kejujuran dan kesetiaan. Seorang dewi Sita yang dimana, dewi Sita tersebut merupakan seorang istri yang amat berbudi luhur dan kerinduan dewi Sita untuk bersatu lagi dengan sang Rama.

v  Makna filosofi yang kedua. Yaitu menyangkut tentang hubungan anak dengn orang tua. Dimana sang ayah akan mampu mengenali anaknya. Walapun mereka terpisah sebelumnya, yang dipertemukan dalam upacara yadnya Aswameda. Yang pada intinya Seorang anak tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan antara ayah dan anak sebab seorang anaklah yang akan menuntun orang tuanya menuju moksa.

v   Makna filosofis yang terakhir dalam utara kanda menceritakan bahwa dewi sita kembali ke bumi (sebagai tempat asal), dan kembalinya sang Rama ke alam nirwana, yang menandakan bahwa kuatnya konsepsi hubungan purusa dan perdana di mana purusa sebagai sang Rama dan pradana sebagai dewi Sita.

ASTANGGAYOGA

 



menyeimbangkan tubuh, pikiran dan jiwa melalui astangga yoga dan cakra

















OLEH :

Nama                          : Komang Agustyana Putra
NIM                            : 09.1.1.1.1.2970
Kelas                           : B ( Siang )
Jurusan                      : Pendidikan Agama Hindu
Semester                     : IV
Mata Kuliah               : Yoga I


FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011

KATA PENGANTAR


“ Om Swastyastu “

“ Om Ano Badrah Kertawo Yantu Visvatah “
Rasa puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya peper ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan, adapun judul dari tugas yang saya buat “menyeimbangkan tubuh, pikiran dan jiwa melalui astangga yoga dan cakra ”.

Tersusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Yoga I. Saya menyadari dan mengakui bahwa peper ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam merangkum ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan ruang lingkup yang sangat luas.

Keberhasilan saya ini tidak luput dari petunjuk, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Semoga peper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

“ Om Santih, Santih, Santih Om “



               

Denpasar, 30 maret 2011




                                                                                                            Penulis








 


DAFTAR ISI


Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3  Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian  Yoga.............................................................................................          3
2.2 Konsepsi Astangga Yoga.......................................................................................... 3
2.3 Chakra..................................................................................................................... 13

BAB III Penutup ......................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................................... 18

Daftar  Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pengaruh globalisasi sangat sulit diramalkan, bisa berdampak positif, namun bisa juga bisa berdampak negatif. Beberapa tahun belakangan ini moral para remaja kita semakin parah, beberapa orang mengatakan rusak berat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kenakalan remaja, pemakaian narkoba yang semakin luas, meningkatnya kasus bunuh diri, tawuran, mabuk-mabukan, pornografi dan sebagainya.
Adapun salah satu cara untuk menyelesaikan masalah-masalah ini dengan meningkatkan kecerdasan spiritual kita ( SQ ). Cara yang tepat adalah dengan kita beryoga. Dewasa ini yoga semakin populer dan populer. Yoga bukan hanya dihubungkan dengan kesucian tapi juga kesehatan bahkan sudah menjadi gaya hidup modern.
Orang-orang dari berbagai agama begitu bangga dan percaya diri menyatakan diri mereka pernah belajar yoga. Belajar yoga harus ditekuni, tidak dapat di pelajari dengan hanya sekali belajar. Harus melewati tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan-tahapan ini disebut Astangga yoga.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengertian Yoga?
2.      Bagaimanakah konsepsi Astangga Yoga?
3.      Bagaimana pengertian Cakra (pusat energi)?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan diri penulisan makalah ini antara lain :
1.      Untuk menambah wawasan Mahasiswa atau Mahasiswi mengenai Astangga Yoga dan Cakra.
2.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Yoga I.
3.      Sebagai bahan diskusi.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian  Yoga
Yoga secara harfiah berasal dari bahasa “sansekerta” dari suku kata “yuj” yang memiliki arti menyatukan atau  menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Rsi Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran.  Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung.

2.2  Konsepsi Astangga Yoga
Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga antaralain Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).

1.      Yama atau Panca Yama Brata
Yama merupakan tahapan yang pertama dalam astangga yoga, Yama atau Panca Yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. Bila gagal melaksanakan tahapan dasar ini maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam Yogasara-sanggraha Sanskrit Text (hal.37).
“ Ahimsa satyamasteyam
brahmacaryaparigrahau,
yamah samksepatah proktas-
citta suddhiprada nrnam “.
Artinya :
Ahimsa Satya, Asteya, Brahmacarya, Aparigraha adalah Yamabrata, yang menyebabkan kesucian rohani manusia.

  1. Ahimsa atau tanpa kekerasan. Artinya tidak menyakiti atau melukai orang lain maupun perasaannya baik melalui pikiran, perkataan, atau tingkah laku.
  2. Satya atau kejujuran/kebenaran yang diartikan sebagai gerak pikiran yang patut untuk diambil menuju kebenaran.
  3. Astya yang diartikan sebagai pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri.
  4. Brahmacarya yang artinya menjaga kesucian. Hidup secara seimbang dalam segala hal dan menjaga kemurnian tubuh dengan sederhana dan tidak berlebihan.
  5. Aparigraha atau pantang akan kemewahan; seorang praktisi Yoga (Yogin) harus hidup sederhana.




2.      Niyama atau Panca Niyama Bratha
Panca Nyama Brata adalah lima penengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong dari pantangan dasar sebelumnya diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra (II:32) sebagai berikut :
“ Saoca santosa tapah swadhyayi
Swarapranidhanani niyamah “.
Artinya :
Saoca, Santosa, Tapa, Swadhyaya dan Iswarapranidhana adalah Niyama.

  1. Sauca, yang artinya kebersihan, kesucian, dan kemurnian lahiriah dan rohaniah.
  2. Santosa yang artinya suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa tekanan dan tanpa pura-pura.
  3. Tapa atau mengekang, yang artinya melakukan usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan.
  4. Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa.
  5. Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi.

Kebalikan dari pengendalian diri (Yama dan Niyama) disebut sebagai vitarka, yang merupakan kesalahan-kesalahan yang harus dijauhi atau dihindari dan tidak dilaksanakan, yaitu :
1.      Himsa atau kekerasan dan tidak sabar sebagai kebalikan ahimsa.
2.      Asatya atau kepalsuan sebagai kebalikan dari satya.
3.      Steya atau keserakahan sebagai kebalikan dari asteya.
4.      Vyabhicara atau kenikmatan seksual sebagai kebalikan dari brahmacarya.
5.      Asauca atau kekotoran sebagai kebalikan dari sauca.
6.      Asantosa atau ketidakpuasan sebagai kebalikan dari santosa.
7.      Vilasa atau kemewahan sebagai kebalikan tapa.
8.      Pramada atau kealpaan sebagai kebalikan svadhyaya.
9.      Prakrti-pranidhana atau keterikatan pada prakrti sebagai kebalikan dari isvarapranidhana.

3.      Asana
Asana atau postur yoga yang merupakan gerak yang lembut dan sistematis. Selain sikap tubuh ada juga sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relax, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistim saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relaks antara lain : silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (metimpuh-bhs. Bali, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa jumlah asanas sama banyaknya dengan jumlah mahkluk hidup di alam ini, yaitu 84 lakh (8.400.000). Dari sekian banyak asanas, 84 yang paling baik dan dari 84 ini, 32 yang berguna sekali untuk manusia. Dalam asana terdapat tiga buah posisi, yaitu asana posisi berdiri, asana posisi duduk dan asana posisi berbaring. Di bawah ini adalah macam-macam gerakan Asana menurut Gheranda Samhita. Selain asanas ada juga yang disebut Tri Murti Asanas, yaitu terdiri dari Pascimottanasana, Sarvangasana, dan Sirsasana.
Pascimottanasana

Sirsasana
Sarvangasana
 

a.       Asanas Posisi Berdiri
GERAKAN GERAKAN ASANAS
No
Nama Asanas
Sikap / Pose
Manfaatnya
1
Tadasana
Sikap Berdiri Jinjit
Untuk Pertumbuhan Otot Punggung
2
Trikonasana
Sikap Berdiri Dengan Dua Kaki
Pencernaan dan Menghilangkan Sembelit
3
Garudasan
Sikap Garuda
Untuk Prostat
4
Bakasana
Sikap Burung Bangau
Sirkulasi Darah Ke Otak
5
Eka Padasana
Sikap Satu Kaki
Syaraf-Syaraf Otot
6
Nataraja Asana
Sikap Tarian Dewa Siwa
Syaraf-Syaraf Otot
7
Vrksasana
Sikap Pohon
Untuk Kesetabilan Dua

b.      Asanas Posisi Duduk
GERAKAN GERAKAN ASANAS
No
Nama Asanas
Sikap / Pose
Manfaatnya
1
Siddhasana
Sikap Duduk Yang Lurus
Untuk Mendapatkan Keberhasilan
2
Padmasana
Sikap Duduk Teratai
Menghilangkan Segala Macam Penyakit
3
Bhadrasana
Duduk Diatas Tumit Yang Terbalik
Menghilangkan Segala Macam Penyakit
4
Muktasana
Duduk Diatas Kaki Yang Kiri Kemudian Taruh Diatas
Untuk Keberhasilan
5
Vajrasana
Duduk Diatas Kedua Telapak Kaki
Untuk Pencernaan
6
Svastikasana
Duduk Dengan Kaki Dilipat Dibawah Dan Yang Lainnya Di atas
Untuk Keberhasilan
7
Singhasana
Duduk Seperti Sikap Singa
Untuk Menghilangkan Penyakit
8
Gomukhasana
Duduk Seperti Wajah Sapi
Mengatasi Penyakit Jantung
9
Virasana
Sikap Seorang Pemberani
Menumbuhkan Sikap Pemberani
10
Guptasana
Kedua Kaki Sembunyi Dibawah paha
Untuk Melenturkan Kedua Kaki
11
Pascimottanasana
Sikap duduk Dengan kedua Kaki Lurus
Untuk Penyakit Pencernaan
12
Matsyendrasana
Sikap Ikan Terbalik
Untuk Penyakit Pencernaan
13
Goraksasana
Duduk Diatas Kedua Kaki
Untuk Keberhasilan
14
Utkatasana
Duduk Diatas Tumit Kaki
Untuk Kesehatan Seluruh Tubuh
15
Sankatasanaa
Melipat Kedua Kaki
Melenturkan Kedua Kaki
16
Mayurasana
Sikap Merak
Menguatkan Pencernaan
17
Kukutasana
Sikap Ayam
Untuk Kedua Tangan Dan Penyakit Wasir
18
Kurmasana
Sikap Kura-kura
Untuk Memanjangkan Nafas
19
Uttan Kurmasana
Sikap Kura-kura II
Untuk Nafas,Kesehatan dan Penyakit Perut
20
Uttan Mandukasana
Sikap Kodok
Untuk Kekuatan Badan
21
Mandukasana
Sikap Kodok II
Untuk Pernafasan
22
Ustrasana
Sikap Unta
Untuk Leher Yang Kaku
23
Yogasana
Sikap Duduk Nyaman Dan Stabil
Untuk Memberikan Rasa Nyaman Dan Stabil Pada Saat Meditasi
24
Omkarasana
Sikap Kaki Bertumpu Pada Kepala
Memijat Organ Perut,Melancarkan Pencernaan dan Mengencangkan Kaki

c.       Asanas Posisi Berbaring
GERAKAN GERAKAN ASANAS
No
Nama Asanas
Sikap / Pose
Manfaatnya
1
Salabhasana
Sikap Kalajengking
Segala Jenis Penyakit Perut
2
Makarasana
Sikap Buaya
Untuk Menghilangkan Stress Dan Sangat Bagus Untuk Leher
3
Bhujangasana
Sikap Ular
Mengeluarkan Racun Dari Badan
4
Dhanurasana
Postur Seperti Busur
Melenturkan Tulang Belakang
5
Matsyasana
Sikap seperti Ikan
Untuk Menghilangkan Penyakit
6
Mritasana
Postur Badan Seperti Mayat
Untuk Tensi Darah Rendah

4.      Pranayama
Pranayama adalah teknik pernapasan, meningkatkan asupan oksigen serta prana kedalam tubuh, menggiatkan fungsi kerja sel tubuh, serta meningkatkan konsentrasi dan ketenangan pikiran. Pengaturan nafas ini bertujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari : Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Adapun macam-macam Pranayama, yaitu : Nadi Sodhana Pranayama, Sitali Pranayama, Sitkari Pranayama, Bhramari Pranayama, Bhastrika Pranayama, Kapalabhati Pranayama, Surya Bheda Pranayama.





































5.      Pratyahara
Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran.
Untuk lebih jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut : Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam.
Artinya :
Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.

6.      Dharana
Dharana artinya  pemusatan, yang dimaksud adalah menguasai, memegang dan memusatkan pikiran pada sasaran yang diinginkan atau titik konsentrasi. Titik konsentrasi yang diinginkan itu dapat didalam tubuh sendiri seperti : dahi, ujung hidung. Dapat juga berupa suatu objek luar seperti : bulan, arca, api dupa, gamar atau simbul, sebuah titik dan lain-lain. Patanjali menegaskan bahwa apabila pikiran atau Citta dipusatkan disatu tempat itulah disebut Dharana.

7.      Dhyana.
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Tuhan. Lebih jelasnya Yogasutra Patanjali (III.2) menyatakan :
“Tatra pradyaya ekatana dhyanam”
Artinya :
Arus/aliran pikiran atau buddhi yang tiada putus-putusnya pada objeknya, itulah Dhyana atau renungan.

8.      Samadhi
Samadhi adalah tingkatan terakhir dan tertinggi dari Astangga-yoga, dimana keadaan nafas yang telah nyata diam dan kokoh, sudah bebas dari segala pengaruh benda-benda menyesatkan, demikian Yoga Sutra Patanjali (I.31). Samadhi dibagi dalam dua keadaan yaitu:
1.      Samprajnatta-samadhi atau Sabija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran, dan
2.      Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi.

2.3  Chakra
Dalam yoga, chakra merupakan susunan pusat energi yang terdapat di dalam tubuh astral manusia. Pusaran energi spiritual ini menjaga agar tubuh, pikiran, dan jiwa tetap dalam kondisi harmonis dan seimbang. Chakra menyimpan energi kehidupan yang dalam Bahasa Sanskerta disebut “prana”; dalam Bahasa Cina disebut “ch’i”; dan dalam Bahasa Jepang disebut “ki”. Energi yang dinamis ini meliputi semua unsur di alam semesta ini. Prana dapat dianalogikan seperti aliran listrik yang mengalir dan mengoprasikan peralatan elektronik (tubuh) secara efektif. Chakra dalam bahsa Sanskerta berarti “roda” atau “lempengan”.
Terdapat 7 chakra utama di dalam tubuh astral : 6 chakra terletak dalam kanal shushumna nadi yang terdapat di rongga tulang punggung (mulai dari ujung tulang ekor sampai tengah otak) dan chakra ke-7 di cerebral cortex atau pada ubun-ubun.

*     Cakra Pertama : Mulandhara
Letak               : tulang ekor
Unsur              : Bumi
Warna              : Merah
Simbol             : Bunga teratai dengan 4 helai kelopak
Orientasi          : Pemeliharaan dan perawatan diri, merasa nyaman, aman dan memiliki.
Kelenjar           : Adrenal
Kualitas           : Insting dasar untuk bertahan hidup
Kelemahan      : Rasa takut
Identitas          : Fisik

*     Chakra Kedua :Svadistana
Letak               : Pinggul, pinggang
Unsur              : Air
Warna              : Jingga
Simbol             : Bunga teratai dengan 6 helai klopak
Orientasi          : Kepuasan diri, hasrat
Kelenjar           : Gonad (Ovarium, testikel)
Kualitas           : Gairah
Kelemahan      : Rasa bersalah
Identitas          : Emosi

*     Chakra Ketiga :Manipura
Letak               : Ulu hati
Unsur              : Api
Warna              : Kuning
Simbol             : Bunga teratai dengan 10 helai klopak
Orientasi          : Kekuasaan dan kekuatan fisik
Kelenjar           : Pankreas dan adrenal
Kualitas           : Kemauan keras
Kelemahan      : Rasa malu
Identitas          : Ego

*     Chakra Keempat :Anahata
Letak               : Jantung
Unsur              : Udara
Warna              : Hijau
Simbol             : Bunga teratai dengan 12 helai klopak
Orientasi          : Cinta, komitmen, sosial, dan persatuan
Kelenjar           : Thymus
Kualitas           :Cinta, semangat
Kelemahan      : Rasa sedih
Identitas          : Sosial

*     Chakra Kelima :Visuddhi
Letak               : Tenggorokan
Unsur              : Eter/alam semesta
Warna              : Biru
Simbol             : Bunga teratai dengan 16 helai klopak
Orientasi          : Ekspresi diri
Kelenjar           : Tiroid dan paratirod
Kualitas           : Komunikasi, kreativitas
Kelemahan      : Berbohong, gugup
Identitas          : Kreatif

*     Chakra Keenam :Ajna
Letak               : Dahi
Unsur              : Cahaya
Warna              : Indigo
Simbol             : Bunga teratai dengan 2 helai klopak
Orientasi          : Refleksi, intuisi, konsentrasi
Kelenjar           : Pineal
Kualitas           : Intuisi, imajinasi
Kelemahan      : Ilusi
Identitas          : Arketipe

*     Chakra Ketuju :Sahasrara
Letak               : Ubun-ubun
Warna              : Putih atau Ungu
Simbol             : Bunga teratai dengan 1.000 helai klopak
Orientasi          : Edukasi diri, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, kesadaran, spiritualitas
Kelenjar           : Pituitari
Kualitas           : Budi luhur
Kelemahan      : Keterikatan
Identitas          : Unversal



















BAB III
PENUTUP


3.1  KESIMPULAN
Yoga secara harfiah berasal dari bahasa “sansekerta” dari suku kata “yuj” yang memiliki arti menyatukan atau  menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Rsi Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran.
Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga antaralain Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
Dalam yoga, chakra merupakan susunan pusat energi yang terdapat di dalam tubuh astral manusia. Pusaran energi spiritual ini menjaga agar tubuh, pikiran, dan jiwa tetap dalam kondisi harmonis dan seimbang. Chakra menyimpan energi kehidupan yang dalam Bahasa Sanskerta disebut “prana”. Ada 7 chakra di dalam tubuh yaitu : Mulandhara, Svadistana, Manipura, Anahata, Visuddhi, Ajna, dan Sahasrara.




3.2  SARAN
1.     Dengan yoga kita bisa menjadi sehat, maka untuk semua orang bagus atau baik untuk mempelajari dan menekuni yoga.
2.     Dalam mendalami yoga, setidaknya kita harus telah melewati delapan tahapan yaitu Astangga Yoga.

















DAFTAR PUSTAKA



Svami Satyananda Sarasvati, Asana Pranayama Mudra Bandha, Paramita, Surabaya 2002.

 Prof. Dr. Tjok. Sudharta, M.A, Slokantara, Paramita, Surabaya 2004.

Nala, I Gst Ngr. Dr, Murddha Agama Hindu, Upada Sastra, Denpasar 2004.

Pujiastuti Sindha dan Swami Wishnu Devananda, Hidup Sehat Dan Seimbang Dengan Yoga.

Paiketan Paguron Suling Dewata, Yoga Meditasi Tirthayatra, Yometir.



Swami Satya Prakas Saraswati, Patanjali Raja Yoga, Paramita, Surabaya 1996.